Rabu, 30 Oktober 2013

Petik Laut

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 19.25, under | No comments



Tradisi Petik Laut di Puger

Segoro Kidul atau Samudera Indonesia menjadi ladang penghidupan bagi masyarakat Puger yang sebagian besar sebagai nelayan. Puger sendiri merupakan pelabuhan laut yang berfungsi sebagai pangkalan dari para nelayan dan pelaut dengan bukti keberadaan Tempat Penampungan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Timur.
Puger saat ini sebagai Kecamatan di Kabupaten Jember meliputi 13 (tiga belas) desa, yang di antaranya Desa Puger Wetan dan Desa Puger Kulon. Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Puger yang sekarang sebagai kota kecamatan memiliki fakta-fakta dan nilai-nilai historis yang mendorong perkembangan Kabupaten pada umumnya.
Tradisi dan budaya yang berkembang di Puger tidak dapat dilepaskan dari kondisi alam yang didominasi lautan luas Samudera Indonesia. Tradisi dan budaya nelayan menjadi dominan dalam masyarakat Puger. Masyarakat yang tinggal di Puger merupakan masyarakat yang multikultura, diantara terdapat suku Mandar, Jawa, Madura, China serta sebagian kecil keturunan Eropa / Belanda campuran.
Petik Laut atau ada yang menyebut dengan Larung Sesaji, salah satu tradisi tahunan yang ada di Puger, merupakan bentuk pengaruh kondisi alam yang didominasi oleh Lautan. Petik Laut dapat dilihat sebagai interaksi kehidupan manusia dengan alam semesta yang menyediakan berbagai sumber kehidupan baik itu ikan-ikannya maupun sumber daya alam lainnya.
Riwayat kegiatan Petik Laut tidak dapat dilepaskan dari kisah tentang Buyut Jirin yang turun temurun sebagai cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Puger. Buyu Jirin, begitu masyarakat Puger menyebutnya, secara turun temurun diakui sebagai sesepuh Puger.
Buyut Jirin adalah seorang perempuan yang berasal dari Mataram. Buyut Jirin, berdasarkan keterangan keturunan ketiga Nuraman Jupri lahir 1946 (17/4/2012), pada masa hidup sebagai penasehat atau dukun bagi para penjabat pemerintahan di Puger.
Asal usul Buyut Jirin sampai di Puger dengan melakukan perjalanan kaki dari Mataram ke Puger. Kemudian di Puger Buyut Jirin menikah dengan seorang laki-laki yang tinggal di Puger.
Buyut Jirin mempunyai kegemaran tikarat. Tempat yang sering dikunjungi untuk melakukan tikarat adalah Pulau Nusa Barong yang terdapat makam Mbah Sindu. Ombak Segoro Kidul / Samudera Indonesia terkenal sangat besar-besar. Sehingga tak jarang perahu nelayan terhempas ombak hingga karam. Plawangan / Pancer menjadi tempat yang berbahaya dilewati perahu nelayan, karena di tempat sering terjadi perahu karam akibat diterpa ombak besar.
Buyut Jirin dalam suatu waktu tatkala melakukan tirakan mendapat wisik agar melakukan SEDEKAH PANCER. Tujuan diadakan SEDEKAH PANCER ini memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan warga Puger, terutama bagi nelayan yang melaut untuk menangkap ikan di Segoro Kidul.
Ketokohan Buyut Jirin dan kepercayaan masyarakat Puger bahwa Buyut Jirin merupakan orang linuwih (yang mempunyai kemampuan supranatural lebih dibandingkan lainnya) maka SEDEKAH PANCER. Sedekah Pancer dilakukan dengan melarung sesaji ke laut sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Puger karena karunia dari SANG KHALIK telah diberi sumber daya alam yang kaya. Sedekah Pancer menjadi acara tahunan setiap menjelan Bulan Suro atau Muharam. Sedekah Pancer ini kemudian menjadi dasar acara PETIK LAUT yang dilakukan pemerintah Desa Puger Wetan dan Puger Kulon yang difasilitasi Kecamatan Puger setiap tahunan dan menjadi tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat Puger.

Dari : Situs resmi Pemkab Jember



Sabtu, 05 Oktober 2013

Dimana Ka'bah?

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 23.41, under | No comments

Ka'bah
 di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi 
 REPUBLIKA.CO.ID, Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya. Jika sang hamba berprasangka baik dengan berharap Allah memberinya kemudahan agar bisa mencium Hajar Aswad, jalan menuju kesana akan dipermudah Allah.
Terkadang, cerita tentang mencium batu hitam di pojok Ka’bah itu berbau penuh mitos. Banyak kisah di luar nalar maupun logika.
Sulaiman, seorang pembimbing ibadah haji dan umrah, menceritakan, sewaktu dia masih bermukim di Makkah pada 2000-an, kala itu, dia seusai menunaikan tawaf. Setelah menuntaskan tujuh putaran, dia merapat ke dinding Ka’bah. Alhamdulillah, dia dimudahkan untuk menciumnya.
Selesai mencium, keluarlah dia dari perputaran massa sekitar Ka’bah. Saat itu, dia didatangi seorang wanita setengah baya bertampang Arab. Dari dialeknya, Sulaiman mengidentifikasinya sebagai orang bekewarganegaraan Saudi. “Fen Ka’bah?” tanya wanita itu ke Sulaiman.
“Fen Ka’bah” berasal dari kalimat “fii aina Ka’bah” atau “di mana Ka’bah”. Orang Arab sering menggunakan bahasa pasaran atau bahasa gaul (fushah). “Fii aina” diganti menjadi “fen”.
“Padahal, si ibu sedang ada di depan Ka’bah, tapi dia malah minta ditunjukkan di mana Ka’bah,” kata Sulaiman. Walau ditunjukkan kalau Ka’bah di depannya, dia tetap tidak bisa melihat bangunan berbentuk persegi di tengah-tengah Masjidil Haram yang menjadi kiblat semua Muslim saat menunaikan shalat itu.
Kisah tentang mencium Hajar Aswad juga diungkap Hasibulloh, mukimin Saudi (orang Indonesia yang bermukim) yang diperbantukan sebagai petugas haji di Sektor Khusus. Sektor Khusus bertugas mengawasi jamaah haji Indonesia yang terlepas dari rombongan maupun yang kehilangan uang atau barang.
Hasibulloh yang sudah 15 tahun bermukim di Saudi ini mengisahkan bagaimana dia dengan mudahnya mencium Hajar Aswad. Sebelum memulai tawaf, dia selalu berdoa agar diberi jalan lurus mencium Hajar Aswad. Intinya, dimudahkan untuk mencium batu hitam tersebut.
Setelah menyelesaikan tujuh putaran tawaf, Hasibulloh merapat ke Hajar Aswad. Entah mengapa, seolah jalan terbuka baginya. Padahal, waktu itu di sekitaran area tawaf penuh sesak oleh jamaah.
Dalam ibadah haji yang kedua, merasa mudah mencium Hajar Aswad, Hasibulloh yang sekarang menjadi mutowif (pembimbing ibadah umrah dan haji) pun melenggang tujuh putaran. Dengan kondisi jamaah yang hampir sama sewaktu kali pertama mencium Hajar Aswad, dia pun percaya diri kali ini bisa mengulanginya.
Apa yang terjadi? Karena bergumam dalam hati mudah mencium Hajar Aswad, kali ini dia justru gagal. Tubuhnya terimpit di tengah-tengah pergerakan jamaah. “Sampai-sampai saya sesak napas, badan kayak remuk. Saya mesti merangkak di bawah kaki orang untuk keluar dari arus putaran jamaah di pinggiran Ka’bah,” kata Hasibulloh mengenang.
Setelah keluar dari arus putaran itu, sesak napas yang dia rasakan tadi pun hilang. “Dada saya seolah lega lagi,” katanya.
Fikri Syaukani, awak Media Center Haji, merasakan hal serupa. Tinggal beberapa langkah lagi mendekat Ka’bah, konsentrasi yang semula fokus mencium Hajar Aswad buyar. Dia berusaha melindungi tas kecil di pinggangnya yang dia rasakan sedang digerayangi orang. “Wah HP hilang nih,” katanya.
Lantaran konsentrasinya buyar, Fikri langsung terdorong menjauh dari Hajar Aswad. “Padahal, jaraknya sudah sedikit lagi,” kata Fikri.
Lain lagi cerita Lukmanul Hakim, mukimin yang sudah 12 tahun tinggal di Saudi. Lukman yang sudah 12 kali ibadah haji ini tidak punya pengalaman aneh mencium Hajar Aswad. “Memang bagusnya mencium Hajar Aswad seusai musim haji pada Muharam atau Safar,” kata Lukman.
Harian Republika

Karena Ubur-ubur, Reaktor Nuklir Terbesar Swedia Mati

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 23.13, under | No comments


Ubur-ubur

Ini bukan kali pertama ubur-ubur jadi biang keladi matinya reaktor.


VIVAnews - Sebuah instalasi reaktor nuklir terbesar di dunia yang berada sebelah tenggara Swedia terpaksa ditutup karena invasi ribuan ubur-ubur. Binatang laut seperti agar-agar ini memasuki pipa pendingin reaktor, membuat air tidak bisa disalurkan.

Diberitakan CNN, Rabu 2 Oktober 2013, insiden ini terjadi di instalasi pembangkit tenaga nuklir Oskarshamn di Laut Baltik, Selasa waktu setempat. Reaktor yang dimatikan adalah yang terbesar di instalasi tersebut, yaitu nomor 3 yang menghasilkan 1.400 megawatt listrik.

Anders Osterberg, juru bicara operator reaktor, Oskarshamns Kraftgrupp AB, mengatakan bahwa ubur-ubur jenis bulan ini masuk melalui pipa yang terletak 60 kaki di bawah permukaan laut. Pipa ini digunakan mengalirkan air untuk mendinginkan reaktor dan sistem turbin.

Osterberg mengatakan, untungnya ubur-ubur belum mencapai ke filter atau reaktor, sehingga tidak ada resiko kecelakaan nuklir. Ubur-ubur itu juga tidak mati karena tekanan dari sistem filtrasi atau terebus dalam air panas. "Tidak akan ada makan malam ubur-ubur rebus," kata dia berkelakar.

Ubur-ubur ini telah disingkirkan dari pipa tersebut dan operasi reaktor telah dilanjutkan. Kendati demikian, Osterberg mengatakan bahwa tidak ada jaminan ubur-ubur itu tidak kembali. Pasalnya, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, yaitu tahun 2005.

Ubur-ubur jenis bulan kerap ditemui di perairan dengan berbagai kondisi air. Binatang yang bisa menyengat ini juga pernah membuat mati reaktor nuklir di beberapa wilayah sejak tahun 1999 lalu. Di antaranya adalah di Filipina, Jepang, Israel, Amerika Serikat dan Skotlandia. (eh)





Rabu, 14 Agustus 2013

Pola Makan Sehat Ala Rasulullah SAW

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 03.47, under | No comments



Makanan Sehat



  Pola Makan Sehat Ala Rasulullah SAW

Rasulullah merupakan teladan yang baik dalam segala hal, salah satunya dalam hal makan. Beliau juga memberi perhatian besar dalam hal makan ini, karena sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan.

Prinsip pertama, makanan dan minuman harus halal dan thoyib (baik). Maksudnya selain masuk kategori halal, maka makanan dan minuman pun harus bersih dan mengandung kandungan gizi yang baik.

Prinsip kedua, seimbang, sederhana dan tak berlebihan. Rasulullah mengajarkan untuk makan tidak terlalu kenyang. Lambung cukup di isis dengan 1/3 makanan, lalu 2/3nya untuk minuman dan udara.

Rasulullah bersaba, "Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Jika tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan" (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Rasulullah melarang untuk makan lagi sesudah kenyang. Rasulullah bersabda, "Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan." (HR. Bukhari Musim).

Suatu hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah r.a. saat itu daulah islamiyah sudah sedemikian luas dan makmur. Lalu, sambil menunggu Aisyah r.a., para sahabat yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah r.a., yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis. "Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?" tanya para sahabat. Aisyah r.a. lalu menjawab, "Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti."

Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan mudah tergoda untuk makan lagi, kalau sudah yakin bahwa Anda sudah kenyang.
Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihkan air liur dan pencernaan. Rasulullah bersabda, "Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Al-Qur'an." (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung. Beliau juga meminimalisir dalam mengonsumsi daging, sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar r.a., "Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!"
Menu harian Rasulullah adalah sebagai berikut:
Lepas dari subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al-Qur’an, kata "syifa"/ "kesembuhan", yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakiroh, yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir, peradangan, serta menyembuhkan luka bakar.
Masuk waktu duha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma "ajwa"/ "matang". Rasulullah bersabda, "barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun." Dan ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut, akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh butir kurma! Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak mengonsumsi kurma, karena kurma memiliki zat-zat yang bisa mematikan sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran Jika Allah memerintahkan Maryam r.a., untuk makan kurma di saat kehamilannya, sebab baik untuk kesehatan janin.
Dahulu, Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu dan kurma, kemudian shalat maghrib. Keduanya itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa. Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah shalat maghrib, tidak akan berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi.
Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menurunkan kolesterol, dan memperlancar pencernaan. Itu juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin. Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam Al-Quran, kata "at-tin" hanya ada satu kali, sedangkan kata "az-zaytun" diulang sampai tujuh kali. Seorang ahli kemudian melakukan penelitian, yang kesimpulannya, jika zat-zat yang terkandung dalam tin dan zaitun berkumpul dalam tubuh manusia dengan perbandingan 1:7, maka akan menghasilkan "ahsni taqwim" atau tubuh yang sempurna, sebagaimana tercantum dalam surat at-tin. Subhanallah!
Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengonsumsi sana al-makki dan sanut. Secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.
Di samping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak (kira-kira seperti bubur ayam). Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur dan hilbah.
Sekarang masuk pada tata cara mengonsumsinya. Ini tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Sebab setinggi apa pun gizinya, jika pola konsumsinya tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang paling penting adalah menghindari isrof (berlebihan). Rasulullah bersabda, "Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya)." (Al-Hadits)
Makanlah dengan sikap duduk yang baik yaitu tegap dan tidak menyandar, karena hal itu lebih baik bagi lambung, sehingga makanan akan turun dengan sempurna. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku tidak makan dengan bersandar." (Al-Hadits

Prinsip ketiga, berpuasa. Sebulan dalam setahun, umat Islam diwajibkan bukan saja dengan mencapai ketaqwaan tetapi juga kesehatannya dapat terjaga. Rasulullah bersabda, "Berpuasalah kamu agar sehat tubuhmu." (HR. Bukhari).

Puasa akan membawa kita pada kesehatan yang sangat luar biasa. Secara fisiologis, puasa sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh manusia. Saluran pencernaan manusia tempat menampung dan mencerna makanan, merupakan organ dalam yang terbesar dan terberat di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan tersebut tidak berhenti bekerja selama 24 jam dalam sehari. Banyak hasil penelitian modern yang memaparkan bahwa puasa sangat menyehatkan. Diantaranya, memberikan istirahat fisiologis menyeluruh bagi sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat, menormalisasi metabolisme tubuh, menurunkan kadar gula darah, mengikis lipid "jahat" (kolesterol), detoksifikasi (membuang racun dari tubuh), dan lain sebagainya.
Selain itu, diajarkan juga kepada kita agar senantiasa berdo’a baik sebelum maupun sesudah makan.

Doa sebelum makan:
"Ya Allah, berkahilah untuk kami, pada apa yang telah Engkau rizkikan kepada kami, dan periharalah kami dari api neraka." (Al-Hadits).

Doa sesudah makan:
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kami, serta menjadikan kami orang-orang muslim." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Dikutib dari : Migtiza

Rabu, 07 Agustus 2013

Sejarah Hari Raya Idul Fitri

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 05.57, under | No comments



 Sejarah Hari Raya Idul Fitri 

Gambar-Masjid-Bahrain-Grand

 
Sebelum merayakan Hari Raya Idul Fitri ada baiknya kit abaca sejarah tentang Hari Raya tersebut, bahwa saya akan memposting artikel dengan isi tentang Sejarah Hari Raya Idul Fitri dan ini adalah artikel itu.
Selamat membaca…


Hari Raya Pada Zaman Jahiliyah

Jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat jahiliah Arab ternyata sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.

“Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno?” tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan an-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.”
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.” (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu sanadnya dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
“Pantaskah ada seruling setan di rumah Rasulullah SAW?” cetus Abu Bakar.
“Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,” sabda Rasulullah SAW.

Hari Raya Masa Islam

Hari Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat Id di atas tanah lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka. Sebelum datangnya Hari Raya Idul Fitri, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Tepat pada 1 Syawal, kaum Muslim disunahkan melaksanakan shalat Id, baik di lapangan terbuka maupun di masjid, sebanyak dua rakaat dan kemudian dilanjutkan dengan khutbah.
Hingga kini, Idul Fitri telah dilakukan kaum Muslimin sebanyak 1.431 kali. Di setiap wilayah atau daerah, umat Islam memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan dan mengisi hari raya itu. Bahkan, di setiap daerah dan negara, umat Islam memiliki istilah sendiri untuk menyebut Idul Fitri.
Sejatinya, menurut Prof HM Baharun, hakikat Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasill menundukkan nafsu, kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat “kembali ke fitrah” (Idul Fitri), yakni kembali ke asal kejadian.

semoga artikel diatas bermanfaat buat kita semua terima kasih telah mengunjungi blog ini.

Diposkan oleh Rinjana Misaqi  

Rabu, 01 Mei 2013

Ki Hajar Dewantara

Posted by Hari Pendidikan Nasional 2020 09.04, under | 1 comment

 Ki Hajar Dewantara

Biografi Ki Hajar Dewantara

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.

Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai Lihat Daftar Wartawan
wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai seorang Lihat Daftar Wartawan
wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama
Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Lihat Daftar Menteri
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Lihat Daftar Pahlawan Nasional
pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Lihat Daftar Presiden Republik Indonesia
Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

dari berbagai sumber
© ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA




script type=”text/javascript” src=”http://pamungkaz.googlepages.com/snow.js”>