Andi Iqbal Burhanuddin - detikNews
Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik
Jakarta-
Pulau Morotai yang sering disebut sebagai "Mutiara di Bibir Pasifik"
dengan luas 695 mil persegi atau 1.800 km2 adalah sebuah pulau indah
dengan potensi kelautan yang sangat besar untuk dikembangkan. Pulau yang
terletak di Maluku Utara ini adalah pulau yang menjadi lapangan terbang
bagi Jepang selama Perang Dunia (PD) II.
Pulau ini kemudian
diambil alih oleh angkatan Amerika Serikat pada September 1944 dan
digunakan sebagai pangkalan serangan Sekutu di Asia Pasifik yang
dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur dalam serangannya mengalahkan
tentara Jepang.
Di pulau kecil ini yang selain memiliki keindahan
alam yang sangat eksotis dengan nilai jual, juga memiliki nilai sejarah
penting karena sebagai salah satu lokasi PD II digelar Sail Morotai
2012. Kegiatan ini merupakan rangkaian even bahari bertaraf
Internasional yang dilakukan sejak tahun 2009 yaitu berturut-turut Sail
Bunaken, Sail Banda, dan Wakatobi-Belitung.
Kegiatan kebaharian
seperti ini adalah salah satu bentuk optimisme negara kepulauan terbesar
dunia, dan sebagai isyarat Undang-undang No 17 Tahun 2007 bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yakni Indonesia sampai dengan tahun
2025 menjadi suatu Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
Dengan mengangkat tema "Menuju
Era Baru Ekonomi Regional Pasifik", Sail Morotai 2012 dilaksanakan
dengan sasaran, yakni pengembangan pariwisata dan sejarah karena Morotai
berperan penting sebagai batu loncatan pasukan sekutu untuk menaklukkan
Jepang pada era 1940-an.
Selain dari itu, berbagai harapan
diadakannya even ini tentu tidak hanya untuk menempatkan Morotai ke
dalam peta destinasi pariwisata sejarah dunia tetapi lebih dari itu
yakni memberikan wawasan atau cakrawala pandang tentang pentingnya
menjaga laut kita.
Dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
melestarikan lingkungan laut sebagai suatu kekuatan maritime, memupuk
jiwa dan semangat bahari masyarakat Indonesia, dan tak kalah pentingnya
adalah untuk meningkatkan pembangunan perekonomian nasional, khusunya
penduduk Morotai sendiri.
Kegiatan utama event akbar
international kemaritiman ini berupa reli kapal-kapal layar
internasional yang secara resmi telah bertolak dari dermaga Cullen Bay,
Darwin, Northern Territory, Australia, yang diikuti sekitar 132 kapal
dari 22 negara peserta.
Tidak hanya berangkat dari Darwin tetapi
juga datang dari Davao (Filipina) dan Kota Kinabalu (Malaysia). Secara
keseluruhan, Sail Morotai diperkirakan akan menarik sekitar 5.000
pengunjung dari Australia, Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara
lainnya.
Selain kegiatan utama, memperkenalkan keindahan dan
kekayaan laut Indonesia kepada negara-negara peserta ini, pemerintah
juga menggelar berbagai kegiatan seperti Bhakti Sosial dan Pelayanan
Kesehatan Gratis, Kegiatan Bhakti Kesejahteraan Rakyat Nusantara, BUMN
Peduli Morotai, seminar nasional dan internasional, Lintas Nusantara
Remaja dan Pemuda Bahari dan Kapal Pemuda Nusantara, Pameran Potensi
Daerah, Olahraga Bahari.
Pada puncak acara Sail Morotai 2012 di
dermaga Daruba Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (15
September 2012 mendatang) akan dihadiri presiden SBY juga nanti akan
dihadiri oleh sedikitnya 100 veteran Perang Dunia II dari Jepang,
Filipina, Selandia Baru, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat.
Alat-alat
perang berupa pesawat yang dipakai dalam masa PD II juga akan kita
hadirkan pada waktu pelaksanaan Sail yang tentu menjadi nostalgia
tersendiri bagi para veteran PD II tersebut .
Potensi Wisata Bahari
Karakteristik
kekayaan dan keragaman hayati biodiversity laut Idonesia adalah
terbesar dunia. Berbagai bentuk alam, struktur historic, dan kawasan
berupa pulau-pulau kecil, perairan laut dengan ekosistem pantai, terumbu
karang, lamun, dan biota-biota laut ditemukan di Indonesia.
Seiring
dengan kenyataan bahwa masyarakat global sudah jenuh dan penat hidup
dalam lingkungan buatan, salah satu indikasinya adalah adanya semboyan
back to nature, yang banyak dianut bangsa-bangsa maju di dunia saat ini,
maka pemanfaatan wisata laut dengan konsep dasar pada view, keunikan
alam, karakteristik ekosistem, kekhasan karaktersitik masyarakat sebagai
kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah menjadi sebuah
jalan keluar dan sekaligus menjadi surga bagi pengembangan industry
wisata Bahari (marine tourism).
Pulau Morotai memiliki Potensi
geopolitik dan geoekonomi yang dapat dikembangkan menjadi katalisator
pembangunan, Khususnya bagi daerah Provinsi Maluku Utara sebagai pintu
gerbang ke kompotisi poros Pasifik.
Harapan kita bersama agar
kegiatan kebaharian ini dapat berkelanjutan maka produk pariwisata
bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan lokal spesifik.
Pengembangan wisata laut Indonesia lebih diarahkan dan dipacu guna
menuju upaya pengembangan Ekowisata/Wisata Ramah Lingkungan yang justru
berpola pada upaya pemanfaatan optimal yang sekaligus menyelamatkan
lingkungan daya alam laut.
Jika dibandingkan dengan Negara tujuan
wisata dunia seperti negara Maladewa, Malta dan beberapa negara di
Kepulauan Karibia yang 85% pendapatan devisanya berasal dari kegiatan
pariwisata
Indonesia memiliki jumlah pulau yang jauh lebih
banyak, ditambah dengan sumber daya hayati pesisir dan lautan yang luar
biasa seperti populasi ikan hias terbesar dunia, terumbu karang, padang
lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal
landscape yang unik dan menakjubkan, jelas merupakan daya tarik sangat
besar bagi wisatawan.
Karenanya, pantas bila dijadikan sebagai objek wisata bahari yang bernilai strategis.
Adapun
upaya yang harus dilakukan dalam membenahi strategi pengembangan wisata
laut adalah peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas
sumber daya manusia di bidang pengembangan wisata laut, serta penyediaan
sistem informasi pariwisata dan program promosi yang tepat.
Bila
sektor industri wisata laut ini dikelola secara baik, diyakini dapat
menjadi lokomotif penggerak ekonomi dan menambah pemasukan daerah, serta
mengurangi pengrusakan secara langsung dari kegiatan eksploitasi.
Indonesia
menuju Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, dan sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah
teritorial cukup luas tentunya mempunyai persolaan ancaman terhadap
keberadaannya.
Pulau- pulau kecil terluar yang berbatasan dengan negara tetangga masih
banyak yang belum memiliki nama, rentan akan timbulnya konflik antar
negara tetangga yang saling mengakui kepemilikan.
Sekian banyak pulau-pulau kecil di negeri ini termasuk kedalam wilayah yang sangat terancam dengan isu perubahan iklim.
*Penulis adalah Dosen Ilmu Kelautan UNHAS